[Sajak Suminto A. Sayuti
WASIAT SENGKUNI
Hari ke-17 Baratayudha. Kurusetra dipayungi awan. Juga mendung. Pakuwon Bulupitu lengang. Cuma Sengkuni dan anaknya, Kertiwindu. "Ananda, bapak boleh mati. Hari ini. Tapi, ajaran bapak harus lestari. Sampai kapan pun. Dan itu tugasmu. Sebagai anak yang berbakti. Sebagai birul walidaini." Sengkuni terkekeh dengan ludahnya yang sampai ke mana-mana. Termasuk membasahi pipi anaknya. "Sampaikan apa saja kepada siapa saja. Dengan beragam cara dan gaya bicara. Termasuk perkara-perkara agama. Biar mereka jadi bingung. Linglung. Lalu limbung dan terhuyung. Terlibat dalam tarung. Katakan hijau itu merah. Dan merah itu banyak variannya. Katakan tai itu parfum harum dan daging ayam haram hukumnya."
(Aku pun melihat sekeliling. Mata para sahabat pun berpaling. Ada sisa-sisa puisi. Dalam diri. Yang tak pernah menjadi).
[수민또 A. 사유띠 詩]
셍꾸니의 유언
17번째 날, 바라따유다 전쟁터는 구름이 드리워졌고 어두웠다. 불루삐뚜 빠꾸온은 조용했고 셍꾸니와 그의 자식인 꺼르띠윈두만이 그곳에 있었다. “애야, 아무래도 오늘 내가 죽을 것 같구나. 어떻든 이 아비의 가르침은 언제까지라도 계속 지켜야 한다. 그것은 자식 된 도리이고 의무란다.” 부모에 대한 공경심을 원하는 셍꾸니는 여기 저기 침을 튀기며 큰 소리로 웃었다. 침은 그의 자식 뺨도 적셨다. "무엇이든 누구든 무슨 수를 써서라도 믿음으로 이 말을 전해라. 그래서 그들이 혼란스러워지게 그리고 방심하여 흔들거리게. 경쟁에 끼어 들어라. 그 초록색이 붉다고, 그 붉음에도 많은 변형이 있다고, 그 똥이 향기로운 향수라고 닭고기가 금기 된 대상이라고 말하거라.”
(나 역시 주위를 둘러본다. 친구들의 눈들이 외면한다. 아직 되어보지 못한 시(詩)의 파편들이 안에 있다.)
ㅇ 셍꾸니(Sengkuni) : 인도의 대서사시 ‘마하바라타’ (종종 인도네시아 그림자 인형극의 주제가 됨)에 등장하는 인물. 꼬라와(Korawa)왕국 출신
ㅇ 바라타유다(Barattayudha) : ‘마하바라타’에 나오는 전쟁 이름
ㅇ 불루삐뚜(Bulupitu) : 과거 인도네시아 꺼부멘(Kebumen 산악 지대에 있었던 왕국 이름
ㅇ 빠꾸온(Pakuwon) : 휴식 장소
ㅇ 꺼르띠윈두(Kertiwindu) : 셍꾸니의 자식 이름
ANTARA TAMANSARI DAN BANGSAL SRI MANGANTI
Aku dan kau berbagi nasib. Di jalan yg sama. Tapi pada akhirnya kita pisah. Sebagaimana seharusnya. Masing2 diri punya bayang sendiri. Serupa gending. Gong terakhir adalah pertanda gending segera bermula.
따만사리와 방살 스리 망안띠 사이
나와 너는 운명을 나누었지. 같은 길에서 그러나 끝내 우리들은 헤어졌지. 꼭 그렇게 되어야 하는 것처럼. 각각의 우리는 그림자가 있는 것처럼, 마치 음악처럼, 마지막 공은 음악이 곧 시작된다는 것을 의미하지.
ㅇ 따만사리(Tamansari: : 왕후와 공주들이 있는 장소
ㅇ 방살 스리 망안띠(Bangsal Sri Manganti) : 왕(王)의 자리
ㅇ 공(gong) : 금속으로 만든 원반형 타악기
MEMASUKI KOTA KATA
Memasuki kota kata. Selalu saja terbaca. Namamu. Di dinding dan batu waktu. Di papan-papan nama jalan. Juga arah ke mana diri harus berjalan. Kueja dan kueja kembali. Berkali-kali.
Menapaki lorong-lorong kata. Huruf demi huruf berjajar. Menulis namamu. Menjadi bayang-bayang penyerta. Bagi diri. Yang terus ngembara. Menenun sisa usia. Tak henti-henti. Dalam upaya buat kembali.
Mengitari alun-alun kata. Gema suara pun kumandang. Juga lambai tangan dan senyuman. Di seberang hijau rumputan. Lalu kelebat bayang. Nyelinap ke balik pohon keabadian.
Aku pun paham. Kata-kata adalah rumah kita. Tempat diri berbagi. Juga bercinta. Kita pun abadi. Walau dipisah cuaca.
말의 도시로 들어가며
말의 도시에 들어가면 모든 것은 읽힌다. 당신의 이름, 벽 그리고 시간의 돌, 길거리 도로 표시도, 꼭 가야할 길의 방향도. 여러 번 반복해서 나는 필기를 한다.
말의 통로를 따라 걷는다. 글자들은 줄을 서고, 당신의 이름을 쓴다. 관사(冠詞)의 그림자가 된다. 스스로를 위해. 계속 방황하는 것, 쉬지 않고, 되돌아오기 위한 노력 안에서. 나이의 찌꺼기를 실로 짠다.
말의 광장에서 배회한다. 나는 메아리를 듣는다. 손을 흔들며 웃음 짓는다. 풀의 초록색 너머에 그림자가 빨리 움직인다. 영원한 나무 뒤편으로 숨어 들어간다.
나는 알 것 같다. 말은 우리들의 집이라고. 나뉘어진 장소. 서로 다른 날씨로 떨어져 있지만 사랑하는 우리들은 영원하다.
(한국어 번역 : 김영수/Diterjemahkan oleh Kim, Young Soo)
[Profil Penyair]
Prof. Dr. Suminto A. Sayuti (lahir 26 Oktober 1956) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui sejumlah karya sastra, baik yang diterbitkan sebagai buku ajar maupun dipublikasikan di berbagai media massa. Suminto A. Sayuti merupakan salah satu Guru Besar di Fakultas Bahasa dan Seni dan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Suminto A. Sayuti lahir di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Oktober 1956. Pada dekade 1970-an saat tergabung dengan komunitas Persada Studi Klub Yogyakarta, namanya tidak pernah absen dalam forum-forum diskusi sastra maupun pementasan-pementasan puisi dan teater. Di kalangan seniman Yogyakarta, Suminto dikenal sebagai pemuda “bengal” yang tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat. Proses kreatifnya dimulai dari kegemarannya membaca dan menulis sejak kecil. Semakin tersihir oleh dunia sastra sejak masuk Yogyakarta sekitar 1974. Sejak bergabung dengan komunitas Malioboro, mulailah ia menancapkan kukunya di dunia sastra. Penulis yang juga Guru Besar UNY ini, juga menggeluti seni karawitan dan menggagas serta pengurus Masyarakat Karawitan Jawa. Ratusan karya lahir darinya, baik berupa makalah, diktat, buku, kumpulan puisi, cerpen, esai sastra, dan sebagainya.
Daftar karya ini hanya memuat sebagian karya Suminto A. Sayuti :